Monday, November 2, 2009

Teologi Islam dan Kesetaraan Jender

Refleksi Teologi Islam mengenai Kesetaraan Jender
M Hilaly Basya


DALAM salah satu bukunya, Hassan Hanafi mengatakan bahwa teologi Islam sangat memprihatinkan, hanya bicara tentang konsep Tuhan dan abai terhadap masalah sosial di hadapannya (Hassan Hanafi, 2003). Celakanya lagi, teologi ini dianggap sudah final oleh umat Islam, tidak boleh diperbarui.
Sejatinya, teologi seharusnya merupakan refleksi kritis agama terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat. Perjuangan membangun keadilan dan kesetaraan jender, misalnya, tidak bisa dilepaskan dari bangunan teologis. Seakan beban jender perempuan adalah "kodrat" dari Tuhan. Perempuan masih diposisikan sebagai kelompok lemah yang perlu diajari, dibimbing, dan "diamankan". Semua itu menjadi pembenaran bahwa perempuan tidak bisa berperan di ruang publik, diharuskan tinggal di rumah demi keamanannya, dan berkonsentrasi di wilayah domestik. Di sini peran teologi Islam diuji.
Teologi dan realitas sosial
Pada awalnya teologi Islam dibangun di atas kepentingan politik. Peristiwa pemberontakan Mu’awiyah terhadap Khalifah Ali bin Abu Thalib dicatat Harun Nasution sebagai awal munculnya perdebatan teologi (Harun Nasution, 1986). Perdebatan tersebut bermuara pada kebutuhan untuk mencari legitimasi politik, terutama Mu’awiyah, setelah ia memperoleh kursi kekhalifahan.
Maka, konsep "fatalisme" atau "predestination" lebih dimotivasi kepentingan status quo ketimbang teologi itu sendiri. Dalam "fatalisme", pemberontakan Mu’awiyah diyakini sebagai takdir. Meski agak berbeda dengan awal kemunculannya, Abu Hasan Al-Asy’ari dipuji Nurcholish Madjid, sebab Asy’ari dianggap sukses menciptakan sebuah konsep teologi yang membuktikan peran besar Tuhan dalam jagat raya (Nurcholish Madjid, 1992). Saat itu, Asy’ari di tengah "keputus-asaan teologis" umat Islam berhadapan dengan Aristotelianisme yang menempatkan Tuhan pada posisi kurang signifikan.
Lantas tokoh-tokoh Mu’tazilah juga dianggap sukses dalam melapangkan pengembangan filsafat dan ilmu pengetahuan yang menuntut banyak peran akal. Dalam konsep teologinya mereka menerangkan bahwa akal manusia sejalan dengan wahyu. Bahkan, menurut mereka, tanpa wahyu sekalipun manusia mampu mengetahui tentang Tuhan dan kebaikan.
Turunnya wahyu mereka anggap sebagai afirmasi dan konfirmasi atas pengetahuan tersebut. Pandangan serupa ini menjadi landasan teologis dalam mengembangkan filsafat yang saat itu ditentang keras oleh ulama, terutama para ahli fikih (fuqoha)
Dengan demikian, raison d’etre teologi Islam adalah tuntutan "realitas sosial". Teks kitab suci (Al Quran) didialogkan dengan persoalan manusia. Maka, pada masanya, teologi Islam begitu modern dan relevan dengan kebutuhan manusia.
Dewasa ini, teologi Islam berhenti berdialog dengan "realitas sosial". Umat Islam terjebak dengan pendekatan hermeneutika teoretis, yakni memahami teologi untuk teologi itu sendiri. Walhasil, teologi menjadi jauh dari kebutuhan manusia. Wajar jika Asghar Ali Engineer mengatakan bahwa teologi Islam terlalu berkutat pada persoalan metafisik dan meninggalkan persoalan penting kemanusiaan (Asghar Ali Engineer, 1998).
Sudah saatnya umat Islam mengembangkan pendekatan hermeneutika filosofis, dengan harapan dapat membebaskan teologi Islam dari kebangkrutannya. Dengan pendekatan ini, teologi senantiasa didialogkan dengan realitas sosialnya. Apa yang dilakukan Hanafi adalah salah satu contoh menarik. Hanafi mendialogkan teologi dengan kolonialisme dan orientalisme, akhirnya terciptalah teologi pembebasan (kiri Islam).
Salah satu realitas sosial yang perlu disikapi adalah diskriminasi jender. Teologi yang sejatinya memosisikan perempuan sebagai mitra laki-laki, justru disesaki kepentingan laki-laki. Kata ganti Tuhan dalam Al Quran, misalnya, ialah Huwa, yang berarti Dia (laki-laki).
Hal ini dibenarkan teolog feminis, Anne McGrew Bennet. Menurut dia teologi yang ada selama ini disesaki kepentingan laki-laki. Bennet menyatakan bahwa "revolusi teologis" adalah sebuah keniscayaan jika kita menginginkan pembebasan manusia (Anne McGrew Bennet, 1989).
Jadi, dialog teologi dengan permasalahan-permasalahan perempuan adalah suatu keniscayaan. Hasil dialog semacam ini dapat kita temukan dalam teologi feminis. Di dalamnya, konsep ketuhanan yang metafisik diterjemahkan kepada persoalan pembebasan dan pemberdayaan perempuan. Lebih tepatnya, teologi feminis adalah teologi yang menggali aspek-aspek feminin Tuhan demi kesetaraan jender.
Dalam Al Quran, Tuhan digambarkan memiliki 99 sifat. Oleh Ibnu Arabi, sifat-sifat tersebut dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sifat yang melambangkan keperkasaan (maskulin) dan keindahan (feminin). Sifat feminin inilah yang dieksplorasi oleh teologi feminis.
Dalam pandangan Arabi, meski sifat maskulin dan feminin Tuhan dikatakan sejajar, sebenarnya sifat feminin Tuhan jauh lebih berperan. Proses penciptaan alam semesta secara evolusi, misalnya, merupakan cermin dari sifat feminin-Nya. Arabi menggambarkan adanya reproduksi alam semesta, seperti halnya seorang ibu yang melahirkan.
Kemudian, pemeliharaan alam juga merupakan representasi sifat kasih dan sayang-Nya. Bahkan, sifat perkasa-Nya senantiasa didampingi oleh keluasan kasih sayang-Nya. Maha Pemberi Hukuman diimbangi dengan Maha Pengampun, Maha Pemarah diimbangi dengan Maha Penyayang, dan seterusnya. Dengan demikian aspek feminin-Nya jauh lebih terasa ketimbang aspek maskulin.
Hal inilah yang ingin didekonstruksi dari paradigma pendukung patriarki bahwa feminitas senantiasa merepresentasikan kelemahan, irasional, sensitif, dan tidak bisa tegas sehingga menyebabkan kaum perempuan dianggap tidak layak berperan dalam wilayah publik. Padahal, pandangan seperti itu tidak memiliki legitimasi teologis. Perendahan terhadap kualitas feminin perempuan bernilai sama dengan pengabaian kualitas feminin Tuhan.
Atas dasar itu, diskriminasi jender sesungguhnya merupakan pengingkaran terhadap Tuhan secara utuh. Alasannya, relasi jender secara mengesankan telah direpresentasikan oleh Tuhan sendiri. Oleh karena itu, paling tidak, ada tiga hal yang harus dilakukan terhadap teologi Islam.
Pertama, membongkar mitos tentang teologi yang seolah-oleh terberi (taken for granted). Hal ini diperlukan guna menyadarkan umat bahwa kemunculan teologi Islam tidak berada di ruang hampa, melainkan penuh dengan kepentingan, baik kepentingan status quo maupun pemberontakan. Dengan begitu diharapkan tidak ada fanatisme sempit yang mencurigai dialog teologi dan persoalan perempuan sebagai pendangkalan akidah.
Kedua, mengeksplorasi aspek feminin Tuhan demi kesetaraan jender. Ini tidak dimaksudkan untuk membenturkan sifat feminin Tuhan dengan sifat maskulin-Nya. Eksplorasi lebih dimaksudkan sebagai pengungkapan bahwa sifat feminin tidak identik dengan kelemahan sebagaimana dianggap oleh pendukung patriarki.
Ketiga, menjadikan teologi tidak sebatas keimanan, melainkan meneruskannya pada aksi. Ukuran kesalehan dalam konteks gagasan ini tidak diukur dari kepatuhan menjalankan ritual, tetapi pada kesalehan sosial, yakni membela hak-hak perempuan dan menegakkan kesetaraan jender.
M Hilaly Basya, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) dan anggota Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM)

Friday, October 30, 2009

Sejarah Gerakan Perempuan Indonesia

SEJARAH GERAKAN PEREMPUAN INDONESIA
AWAL ABAD 20

 YANG KITA ANGGAP PARA PAHLAWAN PEJUANG MELAWAN KOLONIALIS BELANDA DAN BERJUANG DENGAN SENJATA, SERTA BERBASIS KESUKUAN/KERAJAAN TIDAK MASUK DALAM GERAKAN PEREMPUAN
 JADI CHRISTINA TIAHAHU, TJOET NYAK DIEN, TJOET MEUTIA, TIDAK MASUK DALAM KATEGORI INI
 KARTINI, DEWI SARTIKA, MARIA WALANDA MARAMIS, RASUNA SAID MASUK DALAM KATEGORI INI YAITU PARA PEREMPUAN YANG MAU MEMAJUKAN PEREMPUAN MELALUI PENDIDIKAN. NAMUN BELUM TERORGANISIR
................
KARTINI (1879-1904)
 FEMINIS PERTAMA INDONESIA
 SERING BERBAGI IDE DNG STELLA ZEEHANDELAAR, SEORANG FEMINIS SOSIALIS BELANDA, TEMAN KORESPONDENNYA
 SELAIN PENDIDIKAN PEREMPUAN, KARTINI JUGA MENULIS TENTANG: PERKAWINAN, ANTI POLIGAMI, DAMPAK BURUK DOMINASI KOLONIAL, NASIB PETANI JAWA, KERAJINAN RAKYAT, DLL
 HARUS MENJALANI PERKAWINAN POLIGAMI YG DITENTANGNYA KARENA KECINTAAN DAN PENGABDIAN PADA AYAHNYA.
...........
ORGANISASI2 PEREMPUAN
PERTAMA
 PUTRI MARDIKA, JAKARTA, 1912. MELAKUKAN ADVOKASI PENDIDIKAN UNTUK PEREMPUAN, DAN MENDORONG PEREMPUAN UNTUK TAMPIL DI PUBLIK, MEMAJUKAN POSISI PEREMPUAN PADA POSISI LAKI-LAKI. MEREKA JUGA PUNYA MAJALAH YG MENULISKAN TENTANG KAWIN ANAK2 DAN POLIGAMI (1913) DAN PADA EDISI 1919 MENULIS TENTANG KONGRES FEMINIS DI PARIS
 PEREMPUAN ISLAM JUGA MENGORGANISIR DIRI KE DALAM SAYAP PEREMPUAN, SEPERTI PENDIRIAN AISYIYAH 1914.
 PEREMPUAN SOSIALIS JUGA MENGORGANISIR DIRI, DALAM SAREKAT RAKYAT ADA ANGGOTA PEREMPUAN YG AKTIF. KETERLIBATAN PEREMPUAN PADA PERLAWANAN PKI TERHADAP BELANDA 1926. CONTOH SUKAESIH & MUNAPSIAH YANG DIBUANG KE DIGUL
 WANITA KATOLIK (1924), WANITA TAMAN SISWA (1922), MAJU KEMULIAAN, HATI SUCI
 SUDAH ADA PROTES TERORGANISIR MELAWAN PROSTITUSI DAN PERDAGANGAN PEREMPUAN
...........
KONGRES PEREMPUAN INDONESIA 1928
 TIGA INISIATOR: NYI HAJAR DEWANTARA[?], SUJATIN, IBU SUKONTO [?], GURU PEREMPUAN
 ORGANISASI YG TERLIBAT: WANITA OETOMO, AISYIYAH, PUTRI INDONESIA, WANITA KATOLIK, JONG ISLAMIETEN BOND, TAMAN SISWA
 ISU YG DIDISKUSIKAN: PENDIDIKAN PEREMPUAN, NASIB JANDA DAN ANAK YATIM PIATU, KAWIN ANAK, PEMBAHARUAN NIKAH ISLAM, BURUKNYA KAWIN PAKSA, PENTINGNYA KEPERCAYAAN DIRI PADA PEREMPUAN, NASIONALISME DAN MELAWAN POLIGAMI.
 TERBENTUKNYA ORGANISASI PAYUNG, PERIKATAN PEREMPUAN INDONESIA DENGAN 20 ANGGOTA DENGAN MAJALAHNYA ISTERI; ADA DANA UNTUK PENDIDIKAN PARA ANAK PEREMPUAN; KAMPANYE MELAWAN PERKAWINAN ANAK2.
Ada tiga usulan untuk Pemerintah Kolonial Belanda:
1. Mengorganisir jaminan kesejahteraan sosial untuk anak
yatim serta janda dari pegawai negeri sipil
2. Menanyakan jaminan kesejahteraan untuk tidak dipotong
3. Untuk menambah jumlah sekolah perempuan
Selain itu ada juga dikirimkan kepada dewan agama yang
Menuntut adanya penjelasan tertulis pada perceraian Islam.
Kongres Perempuan tidak mengambil posisi politik
nasionalisme yg tegas. Dan dianggap mangambil jalan politik
kooperasi
Selain itu ada ketegangan antara kelompok perempuan yang
Sekuler dan kelompok non Islam pada satu sisi dengan
Kelompok Islam yang mencegah Kongres menerima usulan2
Yg kuat berkaitan dengan hak2 perempuan dalam perkawinan
Islam
KOWANI adalah sambungan dari PPI


GERAKAN PEREMPUAN NON KOOPERASI
 ISTERI SEDAR
 1930
 PEREMPUAN MARHAEN /NASIONALISME
 KEMERDEKAAN INDONESIA
 SUWARNI PRINGGODIGDO
 TEGANG DNG KP & KEL PRP ISLAM
 MARDI WANITA
 1933
 BERKAITAN DENGAN PARTINDO
 SRI PANGGIHAN & SK TRIMURTI
 TERKENA LARANGAN PERTEMUAN OLEH PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA
 AKTIVISNYA DIPENJARA
 DIBUBARKAN TAHUN 1936
JAMAN JEPANG
 SEMUA ORGANISASI DIBUBARKAN, YANG BOLEH HANYA FUJINKAI, KETUANYA IBU SUNARYO MANGUNPUSPITO [?]
 YANG HANYA BERTUJUAN: MEMOBILISASI TENAGA KERJA PEREMPUAN UNTUK MENDUKUNG TENTARA JEPANG DALAM PERANG ASIA TIMUR RAYA
 ADANYA PENCULIKAN/PEMAKSAAN/PENIPUAN TERHADAP PEREMPUAN MENJADI JUGUN IANFU
...........

MASA KEMERDEKAAN
 PERSATUAN WANITA INDONESIA (PERWANI)
 WANI UNTUK MENDUKUNG REVOLUSI DENGAN MEMBUAT DAPUR UMUM & MEMBAGIKAN BERAS
 BARISAN BURUH WANITA
 PARTAI WANITA RAKYAT INDONESIA
PERWANI & WANI BERGABUNG MENJADI PERWARI (PERSATUAN WANITA REPUBLIK INDONESIA) DI KLATEN, 1945.
...........
ISU-ISU MENONJOL
 POLIGAMI: KETIKA SUKARNO MEMPERISTRI HARTINI, HANYA PERWARI YANG BERANI MELAWANNYA SERTA INDIVIDU GERWANI SEPERTI SK TRIMURTI DAN ANGGOTA2NYA, BUKAN SECARA ORGANISASIONAL.
 UU PERKAWINAN YANG AKHIRNYA BARU BISA SELESAI TAHUN 1974, SUDAH DIMULAI KETIKA MASA PENJAJAHAN DAN DIPERJUANGKAN KEMBALI PADA MASA KEMERDEKAAN
...........
GERWANI (GERAKAN WANITA INDONESIA)
 BERDIRI 4 JUNI 1950 DI SEMARANG
 MERUPAKAN FUSI DARI 6 ORGANISASI PEREMPUAN DARI SEMARANG, SURABAYA, KEDIRI, PASURUAN, BANDUNG, MADURA.
 SRI PANGGIHAN, SK TRIMURTI, UMI SARJONO, SALAWATI DAUD, TRIS METTY, SUHARTI, DLL
...........
GERWANI ADALAH GERAKAN PEREMPUAN TERBESAR
DI DUNIA PADA TAHUN 1950AN, TATKALA GERAKAN
PEREMPUAN DI BARAT SEDANG VACUUM
SASKIA MENUNJUK BAHWA GERWANI MENAWAR/
BERDIALOG DENGAN POLITIK SUKARNO DAN PKI
POLITIKNYA ADALAH MILITANT MOTHERHOOD,
GERWANI MEMPROMOSIKAN KESETARAAN UNTUK
PEREMPUAN, SEMENTARA JUGA MENERIMA
KEPERCAYAAN BAHWA SECARA ALAMI ADA
PERBEDAAN PEREMPUAN DENGAN PRIA.
GERWANI MENGGAMBARKAN PEREMPUAN INDONESIA
SEPERTI SRIKANDI YANG MERUPAKAN CAMPURAN
DARI AKTIVISME YG MILIAN DENGAN PENERIMAAN
TRADISIONAL TUGAS PEREMPUAN YG PERTAMA
ADALAH SEBAGAI IBU.
...........
LANJUTAN GERWANI:
GERWANI MEMPROMOSIKAN MORAL YG
KONSERVATIF, MENEKANKAN PADA
PERKAWINAN MONOGAMI, &
HETEROSEKSUAL, ARTINYA PURITAN.
SEMENTARA JUGA MENOLAK PELACURAN,
PERKAWINAN PAKSA, & MUSIK ROCK AND
ROLL. GERWANI JUGA MEMPERJUANGKAN
KASUS KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN
MEREKA JUGA MEMPROTES KENAIKAN
HARGA & MEMPERJUANGKAN HAK2
EKONOMI PEREMPUAN DALAM
KEHIDUPAN BERUMAHTANGGA.
...........
PERISTIWA 1 OKTOBER 1965
 “GERWANI DIKAMBINGHITAMKAN
 DIANGGAP SEBAGAI PELACUR
 LIAR, JAHAT, “KUNTILANAK
WANGI”, SADIS, MEMOTONG KEMALUAN PARA JENDRAL”
...........
????? KLARIFIKASI SEJARAH GERWANI ?????
 MENURUT BEN ANDERSON (1987) TIDAK ADA MUTILASI JENDERAL/TENTARA DI LUBANG BUAYA
 PARA PEREMPUAN YANG DITANGKAP DAN DISIKSA UNTUK MENGAKU – BERCERITA BOHONG DAN SUDAH DIKARANG OLEH INTELIJEN/TENTARA- ADALAH PARA PROSTITUT PASAR SENEN
 GERWANI ADALAH ORGANISASI PURITAN, JADI DALAM SOAL MORAL CUKUP KETAT
 DITANGKAP, DISIKSA, DIPENJARA, DIKAWIN PAKSA, DIPERKOSA, DILECEHKAN…..
...........
JAMAN ORDE BARU
 Organisasi Isteri: Dharma Wanita, Dharma Pertiwi, wajib mengikuti bagi istri pegawai negeri dan tentara, ketuanya mengikuti pangkat suami
 PKK dan Dasa Wisma yg sampai ke pedesaan
 Ideologi Panca Dharma Wanita
...........
MUNCULNYA LSM PEREMPUAN PERTAMA
 1982: YASANTI (YAYASAN ANNISA SWASTI), YOGYAKARTA, BEKERJA UNTUK HAK BURUH PEREMPUAN, BURUH GENDONG DAN PEREMPUAN PEDESAAN
 1985: KALYANAMITRA, JAKARTA, ORNOP FEMINIS PERTAMA DI INDONESIA. BEKERJA UNTUK BURUH PEREMPUAN, MENGKAMPANYEKAN PERKOSAAN PERTAMA KALI
...........
AKHIR 1980AN

 1988: FORUM PEREMPUAN YOGYAKARTA
 1988: GERAKAN KESADARAN PEREMPUAN, MENGANGKAT ISU KEKERASAN DOMESTIK, BERDEMO PERTAMA KALI MASA SUHARTO
 1989: FORUM DISKUSI PEREMPUAN YOGYAKARTA (FDPY) YG SEKARANG MENJADI RUMPUN TJOET NYAK DIEN
.........
LANJUTAN
 1990: SOLIDARITAS PEREMPUAN, BURUH MIGRAN
 1990: YAYASAN PEREMPUAN MARDIKA (YPM), BURUH PEREMPUAN
 1991: LEMBAGA STUDI PENGEMBANGAN PEREMPUAN & ANAK

...........
LANJUTAN
 SEKRETARIAT BERSAMA PEREMPUAN YOGYAKARTA (SBPY): PRT MIGRAN & DOMESTIK
 1993: RIFKA ANNISA, WCC PERTAMA
 BERMUNCULAN BANYAK PADA PERIODE SETELAH 1995
 ADA APIK, ELSAPA (LAMPUNG), JKPIT (NTT)
...........
MENJELANG 1998
 ADA SUARA IBU PEDULI, INI ADALAH KUMPULAN PARA AKTIVIS YG SUDAH LAMA DAN BIASA BERDEMO DENGAN PENDATANG BARU PARA AKADEMISI
...........
KOALISI PEREMPUAN INDONESIA MEI 1998
 MENYATUKAN SELURUH ELEMEN PEREMPUAN DALAM SATU WADAH UNTUK MELAWAN REJIM SUHARTO
 TIDAK HANYA MEMBAGI MAKANAN TAPI JUGA MAJU BERSAMA MAHASISWA DAN AKTIVIS PRODEMOKRASI LAINNYA
...........
POST 1998
 BANYAK ORNOP PEREMPUAN YANG TUMBUH DI MANA-MANA
 ADANYA KOMNAS PEREMPUAN
 DI SULUT ADA SUARA PARANGPUAN
 BENGKULU, KALIMANTAN, PAPUA
...........
2005
 SAMPAI DI MANA GERAKAN PEREMPUAN INDONESIA
 APA SAJA TANTANGANNYA?

Tuesday, October 6, 2009

Dunia Pengarusutamaan Gender

http://www.duniapengarusutamaangender.blogspot.com adalah merupakan salah satu blog yang tergabung dalam yanuarmangulo.blogspot.com.
Blog Dunia Pengarusutamaan Gender telah mendapat perhatian yang serius dari Editor oleh karena bidang ini merupakan bidang yang diprioritaskan untuk beroleh KEADILAN dalam ruang kehidupan antara sesama manusia yang sederajat memiliki hak , kewajiban dan tanggungjawab baik itu kaum Pria maupun Kaum Perempuan.
Pada blog Dunia Pengarusutamaan Gender ini, Editor berharap para pegiat bidang ini dapat berbagi ilmu ataupun pengalaman bersama secara lebih dalam mengenai Gender mainstreaming,Gender Perspektiv dan Gender Responsif .